Memulai karir sebagai UX/UI Designer Mobile Game bersama Asus Rog Phone 3

Saat ini UI/UX designer sedang marak-maraknya menjadi perbincangan, baik dikalangan para ahli teknologi maupun para awam yang baru mau belajar. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan yang sedang mencari UI/UX designer untuk bekerja di perusahaan mereka. Sederhananya UI/UX Designer berperan sebagai perancang baik tampilan antarmuka dan sistem dari website maupun mobile Aplikasi.

Sebelum mengenal UI/UX designer keseharian saya diisi dengan mengurus blog, yang mana mau tidak mau saya harus paham mengenai Search Engine Optimization, Digital Marketing, Backlink, dan lain sebagiannya.

Karena saat itu saya sedang haus-hausnya akan ilmu pengetahuan, saya juga memutuskan untuk mempelajari pemrograman dan belajar membuat website.

Namun pada akhir tahun 2018 saya mendengar istilah UI/UX designer, karena penasaran saya pun memutuskan untuk mencari tahu dan mencoba untuk mempelajarinya. Saat itu profesi yang satu ini belumlah sepopuler sekarang, sehingga masih minim media atau tempat untuk belajar dan mendalami pemahaman mengenai UI/UX designer.

Metode belajar saya dulu adalah dengan melakukan redesign dari Aplikasi yang sudah ada. Baik itu sekadar meredesign tampilan antar muka maupun memang melakukan perbaikan UX yang menurut saya masih kurang.

Salah satu aplikasi mobile yang pernah saya redesign adalah aplikasi Spotify.

Hampir setiap hari saya menggunakan Spotify, baik itu untuk pelipur lara bahkan peneman ketika sedang mengerjakan sesuatu. Ya bisa dibilang Spotify adalah aplikasi pemutar musik yang paling saya sukai.

Akan tetapi kerap kali saya dibuat jengkel oleh Spotify. Spotify seakan memaksa usernya untuk memutar musik secara shuffle. Ketika saya membuka playlist atau artist, tidak ada pilihan untuk memulai musik secara berurutan, Spotify justru menawarkan user untuk langsung memutar secara shuffle.

Tidak hanya itu saja, dari setiap daftar musik yang ada di dalam playlist maupun artist, saya bingung bagaimana memulai satu lagu khusus yang ada didalamnya, karena tidak ada icon play dari masing-masing daftar musik.

Wait, tapi kan itu memang fitur yang hanya bisa dilakukan oleh user premium? jadi kalau mau melakukan hal itu ya jadi premium dulu.

No!

Saya sudah lama menjadi premium, tapi hal itu masih sama saja. Haha.

Berawal dari permasalahan inilah saya memutuskan untuk membuat redesign aplikasi Spotify khususnya pada halaman playlist dan artist dimana saya menyertakan dua opsi button yaitu “Play” dan “Shuffle” serta menambahkan icon “Play” pada masing-masing lagu. Dengan begitu user dapat lebih leluasa memainkan playlistnya

Untuk lebih jelasnya teman-teman bisa mengakses prototype berikut : Prototype Spotify Redesign by Utomoo

Mengenal UI/UX Designer untuk Mobile Game

Seiring berjalannya waktu, ketertarikan saya akan dunia UI/UX semakin menjadi. Saya terus melakukan eksplorasi untuk menambah wawasan dan terus berupaya untuk meningkatkan skill.

Dalam proses pengeksplorasian tersebut saya mulai mengetahui bahwa ternyata dalam industri game baik itu game desktop maupun mobile juga membutuhkan seorang UI/UX designer.

Mendengar hal itu membuat saya menjadi tertarik belajar UI/UX designer untuk mobile game. Ya meskipun tidak terlalu dalam, setidaknya saya paham dan punya basic untuk bidang itu.

Sebenarnya saya bukan seorang gamers, lagi pula jika bermain game saya mudah sekali merasa bosan. Fasilitas saya juga tidak memadahi untuk bermain game. Handphone saya hanya bisa memainkan game Mobile Legend, haha.

Saya rasa, suka atau tidaknya saya bermain game bukan menjadi syarat khusus untuk diperbolehkan atau tidaknya saya menjadi seorang UI/UX designer untuk mobile game.

Tapi saya bingung bagaimana mulai belajar UI/UX designer untuk mobile game, mengingat bidang yang satu ini masih jarang ada orang yang membahasnya dan media belajarnya juga masih sedikit di internet.

Di atas sudah saya memaparkan metode saya dalam belajar UI/UX designer, yaitu dengan membiasakan diri menganalisa aplikasi yang sudah ada, mencatat apa yang kurang dan apa yang selayaknya perlu diperbaiki, lalu meredesignya sesuai dengan versi saya sendiri.

Begitu juga dengan yang saya rencanakan untuk belajar UI/UX designer mobile game. Saya akan memainkan game tersebut, melihat apa yang kurang, khususnya dari segi user experience, lalu menulis case study dan mencoba melakukan redesign.

Permasalahannya adalah bagaimana saya bisa melakukan analisa jika laboratorium saya tidak memadai. Dalam kasus ini laboratorium yang saya maksud adalah handphone.

Seperti yang sudah saya singgung di awal-awal tulisan bahwa handphone saya tidak lah memadai untuk bermain game. Saat ini handphone saya hanya bisa digunakan untuk bermain Mobile Legend, itu pun kadang lancar kadang juga lag.

Maka dari itu saya rasa akan sangat baik apabila saya memiliki laboratorium yang mumpuni untuk mulai melakukan analisa dan mempelajari UI/UX designer untuk mobile game.

Pertanyaannya adalah handphone apa yang cocok untuk dijadikan sebagai laboratorium UI/UX mobile game?

Kenapa harus ribet-ribet mencari? Toh handphone-handphone sekarang sudah banyak yang memiliki spesifikasi mumpuni sehingga meskipun tidak bertitle hanphone gamer masih bisa digunakan untuk bermain game-game berat?

Ya awalnya saya juga berpikir begitu, yang penting ada uang untuk membeli handphone dengan spesifikasi mumpuni nanti juga bisa digunakan untuk kebutuhan bermain game dan menggunakannya untuk menganalisa game tersebut.

Namun makin kesini saya makin sadar bahwa yang seharusnya saya perhatikan tidak hanya tentang seberapa tinggi spesifikasi handphone tersebut, tapi juga tentang apakah handphone tersebut memiliki support game system?

Dalam kata lain, handphone tersebut memiliki fasilitas yang memadai untuk dijadikan sebagai perangkat bermain game. Baik itu karena performanya yang mumpuni, tidak mudah panas, dan lain sebagiannya.

Setelah mencari tahu handphone apa yang sekiranya cocok untuk menjadi laboratorium UI/UX designer mobile game saya mendapatkan satu handphone yang sangat menarik, yaitu Asus Rog Phone 3.

Kalau sudah membahas mengenai Asus Rog saya rasa kita semua sudah terpatri bahwa product Asus yang satu ini memang dihususkan untuk para gamers guna memenuhi kebutuhan mereka untuk bermain game.

Barangkali selama ini kita hanya mengetahui bahwa Asus hanya membuat product Rog untuk laptop saja, tapi nyatanya sekarang Asus Rog juga hadir sebagai Handphone.

Saat ini Asus sudah meluncurkan Asus Rog Phone 3, yang merupakan penerus dari Asus Rog Phone 2. Handphone yang satu in diklaim sebagai ponsel gaming terkuat.

Dilansir dari Tomsguide.com dalam tulisan mereka yang berjudul The best gaming phones of 2020, Asus Rog Phone 3 menduduki posisi pertama sebagai ponsel gaming terbaik untuk tahun 2020.

Ya kalau memang sudah dibuat sebagai ponsel gaming sepertinya performa untuk bermain gamenya tidak perlu diragukan lagi.

Lantas apa yang membuat saya melirik Asus Rog Phone 3 untuk dijadikan sebagai laboratorium?

Alasan memilih Asus Rog Phone 3 sebagai laboratorium UI/UX mobile game

Asus Rog Phone 3 sudah menggunakan Snapdragon 865 plus yang diklaim sebagai chipset paling cepat di dunia untuk saat ini. Kalau sudah mendapatkan julukan paling cepat artinya harganya juga bukan main-main dong.

Yaps, dari segi performa saja kita semua paham bahwa handphone ini memang cocok untuk para sultan.

Maksud saya yang memang the real sultan, bukan sultan nanggung yang pakai hp bajakan. Hehe.

Jujur-jujuran saja, saya tidak terlalu paham bagaimana mereview sebuah handphone dengan baik, tapi barangkali informasi dari gambar dibawah ini dapat membuat teman-teman menangkap betapa dewanya performa Asus Rog Phone 3.

Dari gambar tersebut, saya rasa tidak ada keraguan lagi untuk performa dari handphone yang satu ini.

Patah-patah? Lag? Grafik low? Sepertinya Asus Rog Phone 3 tidak mengenal itu, haha.

Performa tentu menjadi modal awal untuk UI/UX designer game. Bayangkan saja jika sedang menganalisa dan mereview sebuah game eh tiba-tiba game nya lag dan keluar sendiri.

Maka dari itulah, dari segi performa Asus Rog Phone 3 dapat menjamin hal tersebut tidak akan terjadi. Sehingga proses analisa mobile game dapat lebih terjamin.

Saya pernah mencoba memainkan game PUBG di handphone saya yang sekarang. Memang bisa, tapi grafiknya tentu low.

Ada momen lucu yang pernah saya alami ketika bermain game pubg. Pada saat itu saya baru saja mendarat dan mengumpulkan senjata. Kemudian dari jarak yang cukup jauh, saya melihat ada musuh. Dengan sigapnya saya pun menembaki musuh tersebut. Tapi saya heran kenapa dia tidak berlari atau membalas tembakan saya. Atau jangan-jangan itu bot?

Karena penasaran saya pun mencoba mendekati objek tersebut. Dan ketika sudah dekat saya baru tahu kalau yang saya kira musuh itu hanyalah sebuah dedaunan yang berbentuk seperti kepala manusia, haha.

Untuk menciptakan grafik yang lebih real, Asus memahami bahwa gambar dan warna sangatlah penting dalam bermain game. Oleh sebab itulah Asus tidak ingin main-main dalam memasang layar untuk handphone ini.

Asus Rog Phone 3 memiliki layar yang begitu menawan, handphone ini sudah dilengkapi dengan layar Amoled 144 Hz dan dikombinasikan fitur tocuh-sampling rate 270 Hz yang mana hal ini dapat mengurangi latensi sentuh menjadi 25 ms.

Asus mengclaim bahwa dengan layar ini, gamers dapat mendapatkan pengalaman bermain game ke lever berikutnya.

Dengan grafik yang ultra high dan warna yang cermat membuat mata nyaman melihat layar meskipun berlama-lama serta memberikan pengalaman bermain yang paling imersif.

Oleh sebab itulah Asus Rog Phone 3 juga disebut sebagai handphone yang akan memberikan The Most Immersive Gaming Experience.

Dan hal ini sangat cocok untuk seorang UI/UX designer mobile game. Karena dalam menganalisa tentu kita akan melihat layar yang tidak sebentar, maka dari itu kombinasi warna sangat penting agar mata tidak merasakan sakit.

Ketika bermain game, baterai akan terkonsumsi sangat banyak. Oleh sebab itulah diperlukan baterai yang raksasa agar kita dapat bermain game dengan waktu yang tidak sebentar.

Jika balik lagi ke topik utama mengenai UI/UX mobile game, penggunaan baterai tentu akan sangat banyak, karena game akan dibuka cukup lama.

Hal ini dikarenakan dalam proses analisa tentu tidak memerlukan waktu yang sedikit, kita perlu jelih memperhatikan setiap component yang ada, apakah sudah pas atau justru malah ada masalah.

Dengan menggunakan Asus Rog Phone 3 yang memiliki batrai raksasa sebesar 6000mAh sepertinya menganalisa game dalam waktu yang lama bukan lagi menjadi masalah.

Ini salah satu hal yang saya suka dari Asus Rog Phone 3, yaitu Gamecool. Handphone yang satu ini memiliki sistem pendingin menggunakan ruang uap 3D canggih.

Asus menyebutkan bahwa dengan sistem pendinginan ini dapat menurunkan suhu permukaan hingga 4°C .

Hal ini sangat cocok untuk saya yang apabila memegang handphone panas sedikit tangan mudah berkeringat, sehingga kurang optimal dalam bermain game, karena menyentuh layar jadi susah dengan tangan berkeringat.

Keunggulan sistem pendinginan Asus Rog Phone 3 ini juga sangat cocok untuk proses saya menganalisa game nanti, mengingat seperti yang sudah saya sebutkan pada poin ke-3 bahwaa berkemungkinan besar dalam menganalisa memakan waktu yang tidak sedikit, maka dari itu menjaga handphone tetap dingin adalah hal utama.

Asus memang tidak tanggung-tanggung dalam membuat produk ini. Terlepas dari performa dan display yang mumpuni, Asus Rog Phone 3 juga dilengkapi dengan audio yang lantang.

Audio di handphone ini ada dua yaitu di bawah dan atas handphone, yang masing-masing menghadap ke depan. Sehingga ketika bermain game, speaker tidak akan tertutup dengan tangan karena posisi audio yang berada di samping.

Dengan audio yang berkualitas seperti ini dapat membuat musik dan sound dari game terdengar dengan lebih jelas dan nyata.

Lalu kaitannya dengan UI/UX mobile game apa dong? Kan sound tidak terlalu penting untuk dianalisa.

No, kata siapa.

Untuk membuat product yang nyaman bagi pengguna tentu musik dan sound juga berperan penting. Meski memang bukan tugas khusus bagi para UI/UX designer untuk memastikan sound atau musik cocok untuk sebuah game tapi tidak ada salahnya juga turut memperhatikan hal itu.

Lagi pula, dengan speaker yang berkualitas di Asus Rog Phone 3 ini membuat saya membayangkan jika nanti saya jenuh atau stuck ketika menganalisa game, saya bisa memutar lagu dari handphone tersebut dan mendapatkan sound yang begitu bagus. Haha.

Asus memang tidak tanggung-tanggung membuat handphone untuk para gamers, jadi julukan Built for gamers memang layak untuk Asus Rog Phone 3.

Handphone ini tidak hanya cocok untuk para gamers tapi juga para UI/UX designer mobile game yang suka melakukan review dan analisa akan game yang sudah ada.

Apabila nanti saya memiliki Asus Phone Rog 3, terlepas dari sekadar menggunakannya untuk bermain game, saya juga akan memaanfaatkannya sebagai laboratorium UI/UX mobile game.

Dimana dengan hanphone yang satu ini saya akan mencoba menganalisa game-game mobile seperti PUBG, Mobile Legend, Call of Duty Mobile, Genshin Impact dan lain sebagiannya.

Kemudian apabila saya melihat ada celah kekurang dari segi UI/UX saya dapat menuliskan masukan atau mencoba meredesign.

Saya harap setelah nanti sudah memiliki handphone ini, Asus Rog Phone 3 dapat menemani saya menempuh karir sebagai UI/UX designer mobile game.

Siapa tahu suatu saat saya bisa mendapat pekerjaan di salah industri game sebagai UI/UX designer di game tersebut.

Untuk teman-teman yang juga memiliki rencana menjadi seorang UI/UX designer di mobile game, saya sangat merekomendasikan teman-teman memiliki handphone yang satu ini.

Beli nya dimana, bung?

Dilansir dari situs resmi Asus, teman-teman dapat membeli produk ini secara online di toko-toko berikut :

Tapi agaknya saya sedikit ragu, apakah nanti jika saya sudah memiliki handphone ini betul-betul dapat saya gunakan untuk belajar redesign UI/UX mobile game yang sudah ada? atau justru saya malah keasikan bermain game karena performa dari Asus Rog Phone 3 ini?

Untuk membuktikannya, tentu saya perlu memiliki handphonenya terlebih dahulu. Haha

Saya rasa sekian dulu pembahasan mengenai “Memulai karir sebagai UI/UX designer mobile game bersama Asus.”

Terima kasih. 🙂

6 Replies to “Memulai karir sebagai UX/UI Designer Mobile Game bersama Asus…”

  1. Mantaaabbbbb POV-nya dek. Smg bisa memiliki ASUS ROG Phone 3 ya, supaya bisa dijadikan sebagai laboraturium UI/UX designer. Aamiin

    1. Wah terima kasih banyak mas, harapnya memang begitu biar nanti bisa belajar jadi UI/UX mobile game hehe

  2. smartphone gaming yang bikin mupeng, aku pun juga pengen punya satu.

  3. Halo Mas? Masa sih Spotify-nya tidak bisa memainkan musik secara berurutan? Saya dari awal berlangganan hingga sekarang, aman-aman saja tuh untuk memainkan musik secara berurutan. Baik dari dari laman penyanyi maupun dari playlist.

    1. Halo mas terima kasih untuk komentarnya, mas Askar boleh dibaca lagi ya mas. Di tulisan tersebut saya menyebutkan bahwa tidak ada pilihan untuk user mau putar secara shuffle atau berurutan, bukan berarti tidak bisa diurutan. Coba deh mas buka Spotify di Android dan pilih salah satu playlist, kalau sampe sekarang di Spotify saya hanya ada tombol “Putar secara shuffle” tapi nanti ketika playlist itu berjalan memang bisa kita memberhentikan shufflenya. Maka dari itu, saya mencoba memberi solusi dengan menambahkan tombol berurutan dan shuffle, sehingga ketika user membuka playlist atau artist mereka langsung mendapatkan dua opsi tersebut. Terima kasih, sehat selalu dan sukses mas 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *