Ramadahan bagi saya bukan sekadar waktu untuk berpuasa saja, tapi lebih dari pada itu, di bulan suci ini saya banyak sekali memetik hikmah dan pelajaran.
Masih ingat lagu ada anak bertanya pada bapaknya? itu loh lagu yang dulu sering sekali diputar jika bulan ramadhan tiba. Baik itu di televisi, radio, maupun sosial media.
Entah saya yang kurang update atau memang begitu adanya, saya merasa lagu ini sekarang sudah jarang diputar.
Padahal makna dari lagu ini sangat luar biasa.
Sedikit banyaknya lagu ini merupakan cerminan ketika saya kecil dulu.
Namun bedanya saya tidak pernah berani menanyakan apa yang dari dulu ingin sekali saya tanyakan kepada ayah saya.
Karena saya takut pertanyaan itu justru akan membuat ayah saya beranggapan bahwa saya tidak mematuhi apa yang ia ajarkan.
Terlepas dari untuk apa kita berpuasa, saya dulu juga kerap kali mempertanyakan apakah puasa hanya sebatas untuk mematuhi perintah dari tuhan? atau ada hal lain yang ingin tuhan coba sampaikan kepada hambanya?
Di era secanggih ini, memang ada banyak sekali orang yang membagikan kajian tentang islam. Baik dari youtube, artikel blog, maupun akun dakwah di instagram.
Sayangnya saya merasa semua jawaban itu belum ada yang betul-betul memuaskan batin saya.
Hingga di usia saya yang ke delapan belas tahun kemarin, alhamdulillah saya ditugaskan untuk menjadi salah satu bagian dari tim amil zakat di desa kami.
Singkat cerita hari itu jadwalnya membagikan kupon ke warga yang layak mendapatkan zakat. Kebetulan saya juga ditugaskan untuk membagikan kupon.
Agar pekerjaannya menjadi lebih mudah, kami membagi kupon itu. Ada yang ke dusun 1, ada yang ke dusun 2, dan saya kebagian di dusun 3.
Selepas ba’da ashar kami mulai melesat membagikan kupon. Saat itu saya dipinjamkan sepeda oleh Pak Gunawan, salah satu orang yang rajin sekali membersihkan masjid.
Berbekal sepeda ontel dari Pak Gunawan itulah, saya menyusuri desa Palemraya.
Awalnya saya takut membagikan kupon itu ke warga. Takut kalau mereka justru merasa tersinggung karena sudah dikasih kupon.
Terlepas dari itu saya juga takut membuat tetangganya iri, lantaran ada yang tidak dapat kupon zakat, padahal selayaknya mereka juga dapat.
Tapi mau bagaimana lagi, saat itu saya hanya remaja berusia 18 tahun. Yang mengurus pendataan siapa-siapa saja yang layak untuk mendapatkan zakat adalah bapak-bapak.
Sepanjang perjalanan di atas sepeda, saya tidak henti-hentinya berdoa. Agar apa yang saya takutkan itu tidak terjadi.
Syukurnya, hingga kupon ditangan saya habis,semua ketakutan saya tidak ada yang terjadi. Justru saya mendapatkan senyuman dari warga.
Entah mengapa, senyuman dari warga itu betul-betul membuat hati saya terasa begitu damai dan tentram.
Keesokan harinya, merupakan hari terakhir berpuasa. Yang artinya, zakat akan mulai dibagikan.
Warga-warga mulai berdatangan sedari maghrib.
Para amil zakat berbuka bersama, dan bersiap-siap menjalankan puncak tugasnya.
Setelah ba’da isya, kami mulai bergerak membagikan kupon. Tugas saya pada saat itu adalah memanggil nama warga yang tertera di dalam kupon.
Nama yang dipanggil merupakan gilirannya menukarkan kupon dengan zakat.
Banyaknya warga yang datang, serta suara dan hiruk pikur yang tidak mudah untuk dikontrol, memaksa saya mengeluarkan suara yang besar untuk memanggil nama. Takutnya, ada yang tidak mendengar.
Dan, lagi-lagi, entah mengapa, saya merasa begitu tentram ketika nama yang saya panggil itu tampak begitu antusias dan bahagia mengambil zakatnya.
Tiap-tiap senyuman dan kebahagiaan itulah yang membuat saya pada akhirnya mengerti dan memahami, bahwa ramadhan bukan sekadar kuat-kuatan menahan hawa nafsu, tapi di ramadhan juga, tuhan ingin menunjukan kepada kita betapa indahnya berbagi kepada sesama.

Bersama zakat saya juga mengerti, bahwa ketika kita berhasil membuat orang lain tersenyum dan bahagia karena pemberian kita, disanalah puncak dari ketentraman dan kedamaian hati kita.
Bahagia bukan terletak dari sebarapa banyak uang kita, tapi diukur dari seberapa mampu kita mengontrol diri untuk memanfaatkan uang dan kekayaan itu untuk kebutuhan dan manfaat bagi orang lain.
Dari zakat dan ramadhan saya juga belajar, beribadah kepada tuhan bukan semata-mata seberapa percaya kita kepada tuhan dan seberapa ikhlas kita dalam menjalankannya. Tapi juga bagaimana caranya kita memetik makna dan memahami apa tujuan tuhan memerintahkan kita untuk melakukan hal itu.


Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO mengumumkan adanya virus baru yang disebut disebut dengan Covid-19.
Virus ini merupakan jenis baru, yang dituding berasal dari Wuhan, China.
Di Indonesia sendiri virus corona pertama kali terdeteksi pada 2 maret 2020.
Dari hari kehari kasus positif virus corona semakin bertambah. Dan hal ini betul-betul merubah kehidupan di seluruh dunia tidak terkecuali di indonesia.
Salah satu metode yang digunakan untuk melawan wabah ini adalah metode lookdown. Dimana kita diharuskan untuk melakukan kegiatan dirumah saja guna mengurangi terjadinya interaksi antar individu, dengan begitu virus corona tidak mudah tersebar.
Kita semua tentu merasakan dampak dari corona, mulai dari tidak bisa beraktivitas diluar rumah, bersekolah, bekerja, bahkan beribadah sekalipun.
Begitu juga dengan ramadhan di tahun ini. Kita berpuasa ditengah-tengah pandemi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Ada banyak sekali hal-hal yang baisa kita lakukan ketika bulan puasa tapi tidak bisa kita lakukan di tahun ini.
Kita tidak bisa berbuka bersama dengan teman, tidak bisa berkeliling untuk mencari takjil, tidak bisa kumpul dengan teman untuk ngabuburit, dan pemerintah pun juga menganjurkan kita untuk sholat tarawih di rumah saja.
Tentu kita semua merasa seperti ada yang hilang dari ramadhan tahun ini.
Saya pun merasa begitu. Biasanya di desa kami selalu ada bazar takjil di sore hari, biasanya masjid dipenuhi oleh orang-orang yang hendak sholat tarawih, biasanya anak-anak di desa kami setiap subuh suka bermain petasan, tapi tahun ini semua itu tidak ada.
Dan saya juga khawatir, apakah ditahun ini saya masih bisa dilibatkan dalam kepanitian amil zakat atau tidak, karena saya ingin melihat lagi senyum bahagia dari warga-warga di desa Palemraya.

Mari kita merenung sejenak, tahun kemarin kalian puasa di mana? lebih banyak ditempat kerja atau bersama keluarga?
Tahun kemarin seberapa banyak waktu untuk beribadah kepada tuhan? atau sangat sedikit karena terlampau sibuk dengan pekerjaan?
Nah dari dua hal itu saja kita bisa mengambil hikmah, dengan adanya pandemi ini kita memiliki waktu luang untuk keluarga. Kita bisa sahur dan berbuka dengan keluarga, terus diselingi dengan cerita. Tidak seperti dulu, kita terlampau sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Begitu juga dengan beribadah. Barangkali tuhan ingin tahun ini kita lebih fokus mengadu dan merayunya melalui ibadah. Kita jadi punya waktu yang banyak untuk mengaji, sholat sunah, atau bisa juga membuat konten dakwah untuk sosial media kita.
Saya pribadi merasa puasa di rumah aja tidak buruk-buruk amat.
Ramadhan kali ini saya belajar masak, berbekalkan video tutorial dari instagram dan youtube. Bahkan, saya sering menyiapkan sahur untuk keluarga kami.
Saya punya pentungan yang usianya sudah cukup tua. Jadi setiap jam 3 pagi, saya keluar rumah dan memukulkan pentungan itu untuk membagunkan orang sahur.
Tahun ini saya juga banyak sekali waktu untuk mengaji dan berusaha mencerna arti dari ayat yang saya baca. Sehingga saya harap tahun ini saya tidak hanya khatam saja, tapi juga bisa memahami setiap isi dari al-quran.
Terlepas dari kegiatan ramadhan, saya suka mengisi waktu luang dengan belajar hal-hal baru. Kebetulan selama pandemi ini ada banyak kursus-kursus online yang memberikan akses gratis. Seperti Coursera, Udemy, Pluralsight, dan masih banyak lagi.
Ternyata ramadhan di rumah aja tidak buruk-buruk amat ya, ada banyak kegiatan asik dan positif yang bisa kita lakukan.
Eh tapi bentar deh, muncul pertanyaan baru.

Kamu terimbas dampak dari corona berupa pengurangan gaji? atau kamu yang memiliki penghasilan harian tapi sekarang turun karena tidak bisa bekerja bebas seperti hari biasanya?
Tenang saja, kamu masih bisa berkesempatan membeli kebutuhan untuk lebaran nanti. Karena Shopee sedang mengadakan event besar-besaran yaitu Bigramadhansale.

Di Bigramadhansale ini kita akan mendapatkan diskon hingga 50%. Wih lumayan kan, coba bayangin kalau kita mau beli baju muslim buat lebaran dengan harga Rp 270.000, tapi dengan adanya Bigramadhansale ini, produknya ada potongan harga sebesar 50%, Sehingga kita hanya perlu membayar Rp 135.000 saja.
Bagi saya pribadi mau sebesar apapun potongan harga kalau ongkirnya mahal pasti saya cancel. Oleh sebab itulah yang jauh lebih penting adalah gratis ongkir. Dan di event Bigramadhansale ini shopee juga memberikan gratis ongkir di semua toko! mamam tuh.
Tak hanya itu, di event ini juga ada yang namanya Tanam THR 10M. Tugas kita hanya perlu menyiram tanamannya hingga panen, dan nanti kalau sudah panen kita akan mendapatkan koin shopee hinga 1 juta setiap harinya.
Kan lumayan tuh main tanam thr shopee sambil nunggu buka puasa.
Buat kamu yang mau tau rahasia agar bisa panen koin shopee hingga 1 juta bisa lihat video di bawah ini
Barangkali memang ada beberapa elemen ramadhan di tahun ini yang hilang, tapi bukan berarti kita bisa bermalas-malasan dalam berpuasa.
Justru dengan adanya covid-19 ini, kita jadi lebih banyak waktu luang. Baik itu untuk beribadah, buat keluarga, belajar online, dan masih banyak lagi.
Serta dengan adanya event dari shopee ini kita bisa membuat ramadhan menjadi lebih asik walau di rumah aja. Kita bisa main shopee tanam thr, kita bisa ngecek promo, atau bahkan kita juga bisa menonton live stream di shopee.
Sehingga kita masih memiliki kesempatan merayakan hari kemenangan walau di tengah-tengah pandemi.

Cek promo Bigramadhansale selengkapnya melalui tombol di bawah ini
***
Artikel Ini Diikutsertakan Dalam Kontes Blog #THRBigRamadhanSale2020 Bersama Shopee